Jumat, 29 Mei 2015

Hargailah "Dia" Sebelum Masa itu Datang

Assalamualaikum Wr. Wb.

        Hai kawan, sadarkah kalian jika saling menghargai adalah hal yang telah diajarkan sejak dulu bahkan mungkin hingga sekarang. Namun, apakah kalian sudah menghargai orang yang tepat? Apakah kalian sudah mendahulukan menghargai orang yang memang pantas dihargai? Apa yang kalian pikirkan tentang menghargai? Haruskah ini menyangkut cinta dengan pasangan? Atau menghargai teman? Guru? Keluarga? Yang mana yang harus didahulukan?

        Ya, saya yakin jawaban kalian adalah keluarga, terutama orang tua. Tentunya kalian sudah tahu apa itu definisi orang tua, seperti kebanyakan artikel pada umumnya yang selalu mengatakan bahwa orang tua adalah segalanya. Mereka mengurus, mendidik dan membesarkan kita sampai detik ini.
Kebanyakan artikel yang membahas tentang seorang ibu, namun kali ini saya akan membahas mengenai menghargai kasih sayang seorang ayah. Ya ayahmu, ayah memang bukan yang melahirkan kamu. Ayah memang bukan yang menyusuimu dan bersamamu setiap saat. Kamu tau mengapa ayah tidak bisa berada disampingmu seperti ibumu? Apakah kamu pernah bertanya kepadanya? Atau bahkan memikirkan pertanyaan itu?

        Kawan, dia tak berada disisimu setiap saat, bukan karena dia tak menginginkannya. Apakah kalian tahu? Dia menahan rasa ingin bersamamu  karena dia harus menafkahi keluarga ini. Karena dia tau, tidak ada yang bisa mencari nafkah selain dia. Karena dia tahu, banyak kebutuhan yang harus dia penuhi hari ini, bulan ini, tahun ini. Dia tahu semua yang kamu butuhkan, dia bukan orang yang pelit sperti yang ada dalam benakmu. Dia tak memberikan sejumlah uang atau barang yang kau minta karena dia tahu, masih banyak kebutuhan yang jauh lebih penting daripada uang dan barang yang kau minta itu.

      Kau pulang kerumah dengan keadaan letih, lalu ayahmu bertanya padamu “Bagaimana sekolahmu hari ini?” atau “Bagaimana dikampus nak? Menyenangkan?” dan kau hanya menjawab “seperti biasa yah, menyenangkan kok” lalu kamu masuk kamar dan melewatinya begitu saja. Apakah kalian tahu? Yang dia ingin dengar bukan itu. Dia ingin mendengar ceritamu, sama halnya seperti yang kau ceritakan pada ibumu ! Dia hanya ingin tahu berapa banyak masalah dan kesenangan yang kamu dapat selama kamu berada jauh dari rumah. Dia hanya ingin tahu perasaanmu yang sesungguhnya agar dia bisa memberi sedikit nasihat dan hubungan baik layaknya seorang ayah dan anak. Setidaknya, dia mengetahui perkembanganmu walaupun dia tak selalu bersamamu.

          Pernahkah kamu menghargai setiap tetes keringatnya yang telah berjuang dengan sekuat tenaga untuk membesarkanmu hingga saat ini. Pernahkah kamu membawakan ayahmu segelai air ketika dia pulang? Pernahkah kamu menyambutnya dengan baik ketika dia baru saja berhenti sejenak dari aktivitasnya? Pernakah kamu mencium tangannya dengan tulus dan berkata “ayah, aku mencintaimu. Ayah, aku sangat berterimakasih atas apa yang kau lakukan hari ini untukku.” Saya yakin itu tidak pernah kalian lakukan. Mungkin ada beberapa dari kalian yang pernah melakukannya. Namun, apakah hal itu dilakukan setiap hari? Saya rasa tidak.



       Kawan, perbaikilah sikapmu terhadap ayahmu mulai dari sekarang . kawaann... sebelum semuanya terlambat.. bagaimana jika ketika kamu pulang ayahmu sudah terbalut rapi dengan kain kafan? Bagaimana jika itu terjadi? Akankah kalian menyadari betapa berartinya seorang AYAH ketika dia tak ada? Haruskah hal itu terjadi agar menyadarkan kalian betapa buruknya sikap kalian terhadap seorang ayah?

       Kawaann.. sebelum matanya tertutup, sebelum raganya tak bisa lagi kau sentuh, sebelum mulutnya membisu selama-lamanya, sebelum kau tak bisa lagi mencium dan memeluknya. Berubahlah kawan.. sebelum itu terjadi. Renungkanlah sikap kalian terhadap ayah kalian. Hargailah dia, seperti layaknya seorang anak terhadap ayah. Jauh dilubuk hatinya, dia sangat mencintaimu melebihi ibumu.

           Mulai saat ini, ketika kamu pulang dan ayahmu menyapa padamu, balaslah ucapannya dengan baik. Ciumlah tangannya, genggam tangannya, peluk erat tubuhnya dan katakanlah “ ayah, aku sangat senang menjadi anakmu. Aku sangat bangga padamu. Aku sayang padamu ayah. Maafkan aku atas sikapku selama ini, terimakasih ayah, engkau telah mendidik dan membesarkanku hingga saat ini”.


          Masih ada gengsi untuk melakukan itu setelah membaca artikel ini? Masih ada rasa ragu untuk melakukannya? Jika iya. Semoga Allah SWT. meluluhkan hati kalian, memberi kalian hidayah agar kalian tidak dikategorikan sebagai anak durhaka. Amiin.


Wassalamualaikum Wr. Wb.


Penulis: Melati Rafianti Wiratma
Gambar: http://blogfyna.com/saya-sayang-ayah/
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar bijak datang dari orang yang cerdas (^_^)